Rabu, 02 Juni 2010

Bocah Jenius ditolak Singapore Belajar di Perguruan Tinggi

Singapura sepatutnya bangga memiliki seorang bocah jenius dalam ilmu kimia. Bocah itu bernama Ainan Celeste Cawley.

Sayangnya, pemerintah negara-kota itu tidak memberikan izin kepada bocah tersebut untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang terlalu tinggi untuk usianya, yaitu program sarjana.

Saat berusia tujuh tahun, Ainan mampu mengerjakan soal-soal pelajaran kimia untuk siswa sekolah menengah. Kini, di usia 10 tahun putra pasangan Irlandia-Melayu itu siap menapaki jenjang pendidikan sarjana.

Namun masalah menghadang, otoritas di Singapura tak kunjung mengizinkan anak seumur Ainan untuk mengikuti program pendidikan tinggi, kendati bocah itu sudah terbukti jenius. Orang tua Ainan jelas kecewa dengan sistem pendidikan di Singapura, yang dianggap masih bersikap kaku.

Pemerintah Singapura tengah merancang pendidikan bagi Ainan yang holistik dan mengarahkannya menjadi orang yang sukses ketika dewasa.

Menanggapi hal ini, ayah Ainan, Valentine Cawley menyatakan langkah itu tak berguna. "Dari awal mereka tak mengizinkan anak saya sekolah di tingkat yang lebih tinggi dari usianya," ujarnya.

Ainan, katanya, disarankan untuk bersekolah dengan kurikulum normal. "Mereka hanya ingin otak Ainan tertidur," ujarnya.

Itulah sebabnya, orang tuanya mengirim Ainan untuk pindah ke Malaysia. Kebetulan, sistem pendidikan di Negeri Jiran itu tidak kaku dan ada perguruan tinggi yang mau menerima dia belajar.

Kini, menurut harian The Straits Times, Ainan sejak awal pekan ini menjadi mahasiswa Universitas HELP. Di kampus swasta yang terletak di Kuala Lumpur itu, Ainan menjalani program studi selama lima tahun.

Koran Malaysia, The New Straits Times, mengungkapkan bahwa kedua orang tua Ainan sebelumnya telah bertemu dengan Presiden Asosiasi Anak-anak Berbakat Nasional, Zuhairah Ali. Ternyata, Ali mengizinkan Ainan belajar di negaranya.

Cawley memilih Universitas HELP bagi putranya karena dikenal sebagai kampus yang menerapkan standar yang tinggi dengan biaya yang terjangkau. Para staf universitas juga tampak memahami kebutuhan dan situasi yang dialami Ainan. Kendati jenius, dia tetap dipandang sebagai anak-anak.

Nama Ainan mulai mendunia saat tiga tahun lalu di usia tujuh tahun berhasil lulus dengan nilai tertinggi dalam ujian kimia untuk siswa SMA. Pada usia delapan tahun, ia mulai masuk Politeknik Kimia, dan pada usia sembilan tahun ia meraih nilai A untuk mata kuliah fisika dan kimia. Pada September 2008 ia mencatatkan namanya dalam rekor dunia mengingat, dengan kemampuan mengingat hingga 518 digit.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009Sumber Info | by TNB